Perkembangan Pasar Ekspor dan Impor Indonesia Semester I Tahun 2024

05 Agustus 2024

Dilihat 1210682 kali

Pada periode Januari-Juni 2024, nilai ekspor produk perikanan Indonesia mencapai USD 2,71 miliar dengan total volume ekspor sebesar 658,30 ribu ton. Berdasarkan data sementara dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ini mengalami peningkatan sebesar 1,0% atau USD 27 juta dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya.


Selama periode Januari-Juni 2024, Amerika Serikat (AS) menjadi negara tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia dengan nilai mencapai USD 889,39 juta atau 32,8% dari total ekspor produk perikanan. Posisi berikutnya ditempati oleh Tiongkok dengan nilai ekspor sebesar USD 556,04 juta atau 20,5%, ASEAN dengan USD 353,93 juta atau 13,0%, Jepang dengan USD 285,47 juta atau 10,5%, dan Uni Eropa dengan USD 193,35 juta atau 7,1%. Dari lima negara tujuan utama tersebut, hanya ekspor ke Tiongkok, ASEAN, dan Uni Eropa yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
 

Komoditas utama yang diekspor pada periode ini meliputi Udang dengan nilai USD 755,79 juta atau 27,8% dari total ekspor, diikuti oleh Tuna-Cakalang-Tongkol (TCT) sebesar USD 456,64 juta atau 16,8%, Cumi-Sotong-Gurita (CSG) sebesar USD 396,94 juta atau 14,6%, Rajungan-Kepiting sebesar USD 275,15 juta atau 10,1%, dan Rumput Laut sebesar USD 162,38 juta atau 6,0%. Meski demikian, ekspor Udang dan Rumput Laut mengalami penurunan, sementara ekspor TCT, CSG, dan Rajungan-Kepiting meningkat.
 

Pasar utama untuk Udang Indonesia adalah Amerika Serikat dengan nilai ekspor USD 477,29 juta atau 63,2% dari total ekspor udang, diikuti oleh Jepang dengan USD 137,94 juta atau 18,3%, Tiongkok dengan USD 42,3 juta atau 5,6%, Uni Eropa dengan USD 21,82 juta atau 2,9%, dan ASEAN dengan USD 20,07 juta atau 2,7%. Nilai ekspor Udang Indonesia pada periode Januari-Juni 2024 mengalami penurunan sebesar USD 118,76 juta atau 13,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
 

Pasar utama untuk TCT meliputi Amerika Serikat dengan nilai ekspor USD 103,93 juta atau 22,8% dari total ekspor TCT, ASEAN dengan USD 94,68 juta atau 20,7%, Jepang dengan USD 68,92 juta atau 15,1%, Uni Eropa dengan USD 68,90 juta atau 15,1%, dan Timur Tengah dengan USD 59,13 juta atau 13,0%. Nilai ekspor TCT Indonesia pada periode ini mengalami peningkatan di pasar ASEAN dan Uni Eropa masing-masing sebesar 18,1% dan 70,1% dibandingkan tahun sebelumnya.
 

Pasar utama untuk CSG meliputi Tiongkok dengan nilai ekspor USD 179,08 juta atau 45,1% dari total ekspor CSG, ASEAN dengan USD 102,64 juta atau 25,9%, Uni Eropa dengan USD 40,18 juta atau 10,1%, Taiwan dengan USD 23,82 juta atau 6,0%, Amerika Serikat dengan USD 16,34 juta atau 4,1%, dan Jepang dengan USD 11,63 juta atau 2,9%. Nilai ekspor CSG Indonesia mengalami peningkatan terutama di pasar Tiongkok dan ASEAN masing-masing sebesar 43,2% dan 46,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
 

Pasar utama untuk Rajungan-Kepiting adalah Amerika Serikat dengan nilai ekspor USD 185,99 juta atau 67,6% dari total ekspor Rajungan-Kepiting, diikuti oleh Tiongkok dengan USD 45,92 juta atau 16,7%, ASEAN dengan USD 18,35 juta atau 6,7%, Uni Eropa dengan USD 7,24 juta atau 2,6%, dan Jepang dengan USD 6,26 juta atau 2,3%. Nilai ekspor Rajungan-Kepiting Indonesia pada periode ini mengalami peningkatan signifikan di pasar Amerika Serikat dan Tiongkok masing-masing sebesar 26,6% dan 62,9% dibandingkan tahun sebelumnya.
 

Pasar utama untuk Rumput Laut meliputi Tiongkok dengan nilai ekspor USD 108,66 juta atau 66,9% dari total ekspor Rumput Laut, Uni Eropa dengan USD 15,13 juta atau 9,3%, ASEAN dengan USD 7,36 juta atau 4,5%, Jepang dengan USD 5,16 juta atau 3,2%, dan Amerika Serikat dengan USD 4,76 juta atau 2,9%. Namun, nilai ekspor Rumput Laut Indonesia pada periode ini mengalami penurunan di seluruh pasar utama tersebut dibandingkan tahun sebelumnya.
 

Di sisi impor, nilai impor produk perikanan Indonesia sampai dengan Juni 2024 mencapai USD 219,54 juta dengan total volume impor sebesar 115,64 ribu ton. Capaian ini lebih rendah 35,2% atau USD 119 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Negara asal impor utama adalah Tiongkok dengan nilai USD 35,27 juta atau 16,1% dari total impor produk perikanan, diikuti oleh EFTA sebesar USD 25,49 juta atau 11,6%, ASEAN sebesar USD 24,96 juta atau 11,4%, Amerika Serikat sebesar USD 18,69 juta atau 8,5%, Australia dan Selandia Baru sebesar USD 13,97 juta atau 6,4%, serta Uni Eropa sebesar USD 13,81 juta atau 6,3%.
 

Impor perikanan Indonesia meliputi komoditas seperti Salmon-Trout dengan nilai USD 36,55 juta atau 16,6% dari total impor produk perikanan, Makarel dengan nilai USD 30,13 juta atau 13,7%, Rajungan-Kepiting untuk keperluan Horeka dengan nilai USD 24,58 juta atau 11,2%, Tepung Ikan dengan nilai USD 21,83 juta atau 9,9%, Cod dengan nilai USD 16,42 juta atau 7,5%, dan Udang Olahan dengan nilai USD 15,25 juta atau 6,9%.
Sampai dengan Juni 2024, neraca perdagangan produk perikanan Indonesia mengalami surplus sebesar USD 2,49 miliar, meningkat 6,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai impor yang mencapai USD 219,54 juta hanya sekitar 8,09% dari nilai ekspor yang sebesar USD 2,714 miliar, menjadikan Indonesia sebagai negara net exporter produk perikanan.
 

Untuk meningkatkan ekspor perikanan nasional, pemerintah Indonesia berkomitmen melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah meningkatkan akses pasar produk perikanan melalui perundingan penurunan tarif di kawasan pasar tradisional seperti Uni Eropa dan Jepang, serta pasar non-tradisional seperti Afrika Utara, Amerika Utara, dan Asia Selatan. Selain itu, pemerintah juga aktif berpartisipasi dalam pameran skala internasional seperti Indo Fisheries 2024 Expo & Forum dan Trade Expo Indonesia 2024. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan ekspor produk perikanan Indonesia dapat terus meningkat dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional.

Artikel Terkait